Siklus:
Sekilas:
Paradigma penggunaan asumsi dasar ekonomi makro dalam penyusunan
APBN dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa stabilitas ekonomi diperlukan
dalam rangka mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
diharapkan. Adapun asumsi dasar ekonomi makro dalam penyusunan
APBN meliputi beberapa variabel yaitu pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS, suku bunga SPN 3 bulan, harga minyak
(ICP), serta lifting minyak dan lifting gas. Penetapan asumsi dasar
ekonomi makro yang akurat memiliki dampak signifikan terhadap postur
APBN, baik dari sisi penerimaan negara, belanja negara hingga defisit dan
pembiayaan. Sehingga keakuratan asumsi dasar ekonomi makro juga
diharapkan mampu menjadi dasar Pemerintah dalam mengambil
kebijakan strategis maupun menjadi evaluasi kinerja ekonomi pemerintah.
Yang kesemuanya itu bertujuan untuk dapat mencapai cita-cita nasional
yaitu masyarakat adil, makmur, dan sejahtera. Mengingat pentingnya
asumsi dasar ekonomi makro dalam penyusunan APBN, maka perkiraan
proyeksi ketujuh asumsi ini harus dilakukan secara akurat dan realistis.
Oleh sebab itu, dalam perhitungannya perlu mempertimbangkan
perkembangan masing-masing variabel pada tahun-tahun sebelumnya,
tahun berjalan dan perkiraan pada tahun yang akan datang. Hal ini
dimaksudkan agar besaran-besaran asumsi dasar tersebut juga dapat
mengakomodasi berbagai dinamika politik dan ekonomi yang terjadi di
dalam dan luar negeri.
Siklus:
Sekilas:
Pemerintah telah menyusun pembangunan strategis jangka menengah
yang termuat dalam RPJMN 2015-2019. Adapun 3 (tiga) dimensi utama
yang menjadi target pembangunan pada periode tersbeut yaitu (1)
dimensi pembangunan manusia yang meliputi aspek pendidikan,
kesehatan, perumahan dan karakter; (2) dimensi sektor unggulan yang
meliputi kedaulatan pangan, kedaulatan energi, kemaritiman, dan
pariwisata; serta (3) dimensi pemerataan dan kewilayahan. Dalam
mengejar pembangunan strategis yang terangkum dalam 3 (dimensi)
tersebut tentunya memerlukan pendanaan yang cukup tinggi ditiap
tahunnya. Hal ini terlihat dari anggaran belanja negara yang terus
mengalami kenaikan, yaitu realisasi belanja pada tahun 2015 sebesar
Rp1.806,5 triliun dan meningkat tajam pada outlook 2018 sebesar
Rp2.217,2 triliun. Sementara itu realisasi pendapatan negara pada tahun
2015 sebesar Rp1.508 triliun dan pada outlook 2018 mencapai Rp1.903
triliun. Tentunya kenaikan anggaran belanja tersebut perlu diiringi dengan
kenaikan penerimaan negara serta sumber-sumber pembiayaan kreatif
guna menopang defisit anggaran yang ada.
Pada buku ini akan membahas isu-isu strategis terkait penerimaan dan
pembiayaan negara yang dapat dioptimalkan guna meningkatkan
pendapatan negara serta menciptakan sumber pembiayaan yang kredibel.
Siklus:
Sekilas:
Pemerintah telah menyusun pembangunan strategis jangka
menengah yang termuat dalam RPJMN 2015-2019. Adapun 3
dimensi utama yang menjadi target pembagunan pada eriode
tersebut yaitu (1) dimensi pembangunan manusia yang meilupi
aspek pendidikan, kesehatan, perumahan dan karakter; (2)
dimensi sektor unggulan yang meliputi kedaulatan pangan,
kedaulatan energi, kemaritiman dan pariwisata; serta (3)
dimensi pemerataan dan kewilayahan.
Dalam mengejar pembangunan strategis yang terangkum dalam 3
dimensi tersebut tentunya memerlukan pendanaan yang cukup
tinggi ditiap tahunya. Hal ini terlihat dari anggaran
belanja negara yang terus mengalami kenaikan, yaitu
realisasi belanja pada tahun 2015 sebesar Rp1.806,5 triliun
dan meningkat tajam pada outlook 2018 sebesar Rp2.217,2
triliun. sementara itu realisasi pendapatan negara pada
tahun 2015 sebesar Rp1.508 triliun dan pada outlook 2018
mencapai Rp1.903 triliun. Tentunya kenaikan anggaran belanja
tersebut perlu diiringi dengan kenaikan penerimaan negara
serta sumber-sumber pembiayaan kreatif guna menopang defisit
anggaran yang ada. Buku tersebut membahas isu-isu strategis
terkait penerimaan dan pembiayaan negara yang dapat
dioptimalkan guna meningkatan pendapatan negara serta
menciptakan sumber pembiayaan yang kredibel.
Adapun isu-isu yang dibahas didalam buku ini terbagi dalam
6 bagian: Pertama, Potensi dan Starategis Penerapan pajak
pada Sektor e-commerce. Pada bagian ini akan dibahas
seberapa besar penerimaan negara yang akan diperoleh dari
sektor e-commerce, sulitnya memperoleh data dan informasi
yang akurat terhadap transaksi e-commerce ini menjadi
tantangan tersendiri bagi bagi penerimaan perpajakan.
Tulisan ini juga akan memberikan rekomendasi dalam
mengoptimalkan penerimaan pajak dari sektor e-commerce.
Kedua, Kondisi Sektor Pertambagna Menjelang Satu Dekade
Diberlakukan UU Minerba. Isu ini diangkat mengingat
Penerimaan Negara Bukan pajak (PNBP) dari Sumber Daya Alam
(SDA) terus mengalami penurunan.
Ketiga, Upaya dan Kendala Mewujudkan Komitmen DIversifikasi
Energi Listrik Tenaga Panas Bumi Sebagai Sumber Penerimaan
Negara.
Keempat, Kienerja BUMN Perbankan: Tantangan Peningkatan
Penerimaan Negara.
Kelima, Tantangan Peningkatan Peringkat Investment Grade
untuk Indonesia dalam Menurunkan Beban Bunga Surat Utang
Negara. Keenam, Peluang Pembiayaan Berbasis Syariah untuk
Pembangunan Proyek Infrastruktur di Indonesia. Isu-isu yang
dibahas dalam buku ini hanya sebagian isu-isu strategis
tekait pendapatan dan pembiayaan negera. Diluar isu-isu ini
masih banyak permasalahan mengenai pendaptan dan pembiayaan
negara yang perlu menjadi perhatian pemerintah dan juga
anggota DPR RI. Namun demikian buku ini diharapkan mampu
memaparkan sedikit banyak tentang hal-hal apa saja yang
harus diperhatikan pemerintah dalam mengoptimalkan dan
memperkuat peran APBN khususnya dalam pendapatan dan
pembiayaan negara.
Siklus:
Sekilas:
Buku ini akan mengupas beberapa isu-isu strategis terkait
pengelolaan Belanja Pemerintah Pusat (BPP) dalam APBN yang
masih perlu mendapat perhatian, evaluasi dan perbaikan dari
Pemerintah. Tersusun dan terbitnya buku ini diharapkan dapat
menjadi referensi bagi para perumus kebijakan dalam
mengoptimalkan dan memperkuat peran APBN dalam proses
pembangunan di Indonesia, khususnya dalam mewujudkan
peningkatan kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Gedung Sekretariat Jenderal DPR RI, Lantai 6, Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat 10270. Telp. 021-5715.269 / 5715.635 / 5715.656 - Fax. 021-5715.635